Selasa, 16 Oktober 2012

IPA ; Penanganan limbah padat



Penanganan limbah padat

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kota Tanah Grogot saat ini menggunakan metode open dumping, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Upaya mengurangi timbulnya dampak tersebut, terkendala oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah. Untuk mengatasi permasalahan TPA dengan segala keterbatasan sumberdaya, maka perlu perumusan strategi. Perumusan strategi berkaitan dengan proses pengambilan keputusan untuk memilih/ menentukan suatu alternatif metode pengelolaan TPA. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suatu alternatif metode
pengelolaan TPA dengan variabel penelitian terdiri dari variabel sosial masyarakat, kelembagaan, dan teknik. Data penelitian yang digunakan diperoleh dengan cara survey dan observasi lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP) dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan, 74,2% responden menyetujui keberadaan TPA. Metode sanitary landfill yang dipilih berdasarkan studi AHP (nilai bobot 0,389), mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar, dimana 83,9% responden menyatakan dapat menerima, dan 90,3% responden menyetujui apabila operasional TPA ditingkatkan menggunakan metode tersebut. Hasil analisis SWOT, menunjukkan metode sanitary landfill berada pada posisi turnaround (kelemahan, peluang): (1,098; 0,749). Kebutuhan luas areal TPA metode sanitary landfill untuk perencanaan 10 tahun adalah 5 Ha, terdiri dari; areal penimbunan sampah 2 Ha, areal kolam pengumpul lindi tersedia 0,4 Ha, areal bangunan pengolah lindi 2,2 Ha, dan areal untuk sarana penunjang lainnya 0,4 Ha. Namun, pemerintah daerah setempat harus melihat lagi kemampuannya baik dari segi teknis maupun finansial dalam pengelolaan sampah dengan metode ini sebelum menerapkannya.



1.    Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum di kenal, yitu metode penimbunan terbuka  (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah di kumpul dan di timbun begitu saja dalam lubang yang di buat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
            Gas metan yang di hasilkan oleh pembusukan sampah organic dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mecemari tanah serta air.
            Berbagai masalah yang di timbulkan oleh metode open dumping menyababkan di kembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu sanitari landfill. Pada mettode sanitari landfill, sampah di timbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastic untuk mecegah perembesan ke tanah.
           
2.    Insenarasi
            Insenarasi adalah pembakaran sampah?limbah padat mengunakan suatu alat yang di sebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bias mencapi 90%). Selain itu proses insenerasi menghasilkan panas yang dapat di mampaatkan untuk menghasilakan listrik atau untuk memanaskam ruangan.

3.    PEMBUATAN KOMPOS
            Kmpos adalah pupuk yang di buat oleh sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting , serta kotoran hewan,melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang di perlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada di dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang di butuhkan tanaman.
            Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok di terapkan di Indinesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selin itu kompos d
Pat di jual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
            Berdasrkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan kompos dapat di lakukan dengan menggunakan kompos telah jadi, kultur mikroorganisme atau cacing tanah. Contoh kultur mikroganisme yang telah banyak di jual di pasaran dan dapat di gunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (effective Micro organism 4). EM4 merupakan kultur campuran mikroganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah organic, menguntukan dan bermampaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta rama lingkungan. EM4 mengandung mikroganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya lactobacillus sp.
            Kompos dapat juga di buat dengan bantuan cacing tanah karena cacing mampu menguraikan bahan organic.kompos yang di buat dengan bantuan cacing tanah di kenal juga sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat di gunakan adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, lumbricus rebellus, pheretema defigens, dan Eisenia foeteda.

4.    Daur ulAng
          Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ullang menjadi produk baru. Proses daur ulang sngat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan di olah menjadi bahan yang dapat di olah kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang di daur ulang adalah kertas, kaca, logam, (seperti besi,baja,dan aluminium), plastic, dan karet.
            Bahan-bahan daur ulang dapat di jadikan  produk baru yang jenisnya sama atau produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bias di daur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa di daur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau di campur dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng almenium bekas bisa di daur ulang menjadi kaleng aluminium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis polyetilen terftalat (PET) bisa di daur ulang menjadi berbagi produk lain, seperti baju polliyester, karpet dan suku cadang mobil. Gelas dan peralatan plastic bekas yang terbuat dari jenis polyestiren bisa di daur ulang menjadi produk-produk seperti hanger, pot tanaman dan mainan anak-anak. Bank karet bekas dapat di daur ulang menjadi bahan campur untuk pembuatan jalan. Selain contoh di atas masih terdapat berbagai produk lain yang dapat di hasilkan dari bahan daur ulang.
            Meskipun daur ulang sangat bermampaat untuk menangani limbah padat, solusi ini masi memiliki kelemahan. Seperi halnya proses produksi lain, proses daur ulang masih menghasilkan polutan sebagai hasil sampingan atau sisa proses daur ulang tersebut. Di tambah lagi untuk jenis bahan tertentu proses daur ulang akan lebih memakan biaya di banding proses produksi dengan bahan mentah. Kendala utama proses daur ulang adalah sulitnya memisahkan bahan-bahan yang akan di daur ulang dari sampah lain. Hal ini terjadi  terutama di Negara yang pembuangan sampahnya masih bercampur seperti di Indonesia.
            Pada sebagian besar Negara baju penduduknya telah menerapkan pemisahan jenis sampah yang akan di buang. Sampah sisa makanan yang mudah busuk, plastic, kertas, dan logam. Masing-masing di sediakan di tempat pembuanagan yang terpisah sehingga memudahkan proses daur ulang. Namun ada juga produk-produk tertentu yang memiliki kandungan sebagai bahan berbeda sehingga hamper tidak munkin di pisahkan untuk di daur ulang. Misalnya, kemasan produk makanan yang tersusun atas lapisan kertas, plastic, aleminium. Bahan yang bercampur seperti ini tidak dapat di daur ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar